20 Februari 2014

"Menikah" Pembuka Pintu Rezeki

Persoalan pernikahan memang tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas. Apalagi untuk kita yang sedang mengalami kegundahan hati memilih pasangan hidup, yang akan bersama kita satu atap dalam menjalani kehidupan ini sampai akhir.

Aku sebagai wanita paham akan kegundahan hati seseorang yang akan menjalankan pernikahan tapi tidak tahu siapa laki-laki yang akan bersanding dengan kita nanti. Kita sedang membuat sebuah keputusan besar kepada siapa masa tua kita akan dihabiskan bersamanya. Kepada sosok lelaki siapa yang harus kita berbakti kepadanya. Karena memang kita semua sadar bahwa mengambil tanggung jawab sebagai seorang istri adalah sebuah tanggung jawab yang besar.

Bismillaah.

Ketika kita menuntut laki-laki harus mempunyai pekerjaan tetap menurut ku itu wajar. Pilih mana pekerja tetap atau tetap bekerja? Kita fikirkan lagi menurut penilaian kita apakah dia seorang laki-laki yang betul2 bertanggung jawab? Ini penting untuk mengukur seberapa jauh sikap tanggung jawab dia ketika berumah tangga nanti. Aku ada lho teman seangkatan yang jurusan pendidikan bahasa inggris di salah satu Universitas Negeri di Jakarta menikah dengan laki-laki yang (maaf) hanya lulusan SMA , pekerjaannya pun hanya punya gaji satu juta perbulan dan sama sekali bukan pegawai tetap. Tapi maasya' Allah karena temenku ini orangnya shalihah banget dan Alhamdulillah rumah tangga nya bahagia, saling mencintai.

Karena seringkali cinta itu tak dapat diukur dengan strata pendidikan, yang membuat kita nyaman dengan seseorang itu kan akhlaqnya, perilakunya, dan seberapa jauh akhlaq seorang laki-laki terhadap orangtuanya, walaupun tidak bisa munafik juga bahwa hidup butuh uang, Tapi jika kita mendapati seseorang yang bertanggung jawab insyaa' Allah setelah berumah tangga pun ia akan tetap bertanggung jawab bila kemungkinan terburuk misal (harus kena PHK) ia akan bangkit lagi dan dengan tanggung jawabnya sebagai seorang suami pasti akan berusaha lagi. Insyaa' Allah rejeki gak akan kemana dan demi Allah menikah itu membuka pintu-pintu rezeki selama kita memiliki sifat qona'ah (menerima apa adanya dari suami, tidak banyak mengeluh dan menuntut yang memberatkan suami) karena memang untuk menjadi sosok istri yang shalihah itu cukup berat , banyak ujian yang akan kita lewati. Jodoh itu memang misteri. 

Jangan sampai kita menyesal dikemudian hari karena usia yang semakin bertambah dan kita menolak laki-laki baik dengan alasan yang tidak sesuai dengan agama.

Inspired by Ziah dan Azizah

19 Februari 2014

Mencari Keridhoan Allah dengan Menikah

Ketika usia seseorang semakin bertambah dewasa, maka pola pikir dan cara pandang pun akan semakin berkembang. Pada masa itu, manusia akan dapat dengan mudah memikirkan keberlangsungan hidupnya di masa yang akan datang. Dia pasti akan memikirkan bagaimana dia akan menikah, bagaimana mencari pasangan hidup yang tepat, bagaimana hidup berumah tangga sampai bagaimana dia beregenerasi untuk melanjutkan keturunannya. Menikah memang salah satu fitrah manusia yang ternyata mempunyai nilai yang mulia di mata Islam. 

Bagaimana tidak, menikah menjadi separuh kesempurnaan dari agama kita. Menikah tidak hanya sekedar menyatukan dua insan yang berlainan jenis dalam satu ikatan suci tapi lebih dari itu, makna menikah mempunyai begitu banyak nilai lebih dari berbagai bentuk kemuliaan yang bisa kita raih di dalamnya. Selain merupakan sebuah fitrah, menikah pun adalah salah satu perintah Allah dimana menikah merupakan sebagai bentuk penjagaan manusia dari berbagai bentuk bahaya perzinaan dan maksiyat-maksiyat lain yang dimana semua bentuk kerusakan-kerusakan di muka bumi ini banyak darinya bersumbery dari tidak terjaganya kemaluan dan harga diri manusia dalam melakukan suatu hubungan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada akhirnya sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk menikah dalam rangka menjalankan perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Mencari keridhoan Allah dalam menikah adalah sebuah tujuan penting yang harus diprioritaskan bagi setiap pasangan muslim yang hendak dan telah menikah. Karena pada dasarnya, semua perbuatan dan ibadah yang kita lakukan adalah untuk semata-mata mencari keridhoan Allah. Disertai niat ikhlas dan dalam prakteknya kita mencontoh Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, maka insya allah perjalanan hidup kita akan dimudahkan oleh Allah dan senantiasa dinaungi keberkahan oleh-Nya. Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk menikah dan menjalani pernikahan dengan disertai keimanan dan ketawaan sehingga tujuan pernikahan kita tercapai dalam membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah. Amiin.

Indahnya Sabar Bagi yang Telat Menikah

Bagi anda yang sudah berusia lebih dari 25 tahun dan belum menikah, mungkin sering terlintas sebersit tanya, “Kapan jodoh saya akan datang?” Ah, memang seringkali menjadi dilema bagi para anda para jomblowan dan jomblowati yang selalu mengidamkan indahnya kehidupan setelah pernikahan. Walau katanya jodoh itu ada di tangan Allah, tapi kan jodoh juga harus dicari agar bisa cepat datang dan menghampiri kita. 
Lalu bagaimana sikap kita apabila hingga saat ini masih saja belum Allah karuniakan seorang laki-laki atau wanita yang akan menjadi pasangan hidup kita kelak. Mari kita simak Fatwa dari Syaikh Muhammad Sholih Al-Utsaimin dibawah ini. 
 
Tanya: 
 
Saya ingin meminta nasihat kepada Syaikh tentang apa yang saya dan saudari-saudari saya alami, yaitu kami telah ditakdirkan ‘beratap’ tanpa menikah padahal kami sudah melampaui umur menikah dan keputusasaan semakin dekat. Untuk diketahui-Segala puji bagi Allah dan Dia menjadi saksi atas apa yang aku katakana-, kami adalah orang yang mempunyai akhlaq dan kami telah menyandang ijazah. Inilah nasib kami, Alhamdulillah. Namun dari sisi ekonomilah yang membuat tidak ada seorangpun yang berani maju menikahi kami karena kebiasaan di daerah kami khususnya harus ada kesetaraan level antara suami istri untuk pertimbangan masa depan. 
 
Jawab: 
 
Nasihat yang saya tujukan buat perempuan-perempuan semisal anda atau bagi yang telat menikah-sebagaimana disyariatkan penanya sendiri- yaitu agar mengembalikan semua urusannya kepada Allah dengan berdo’a dan merendahkan diri kepada-Nya agar dikaruniai suami yang diridhoi agama dan akhlaqnya. Jika seseorang telah bertekad keras dalam menghadap kepada Allah, berserah diri kepada-Nya disertai dengan adab-adab berdo’a dan menyingkirkan penghalang-penghalang diterimanya do’a, maka Allah Ta’ala berfirman: “Dan jika hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka katakanlah Aku sangat dekat. Aku mengabulkan do’a orang yang berdo’a jika ia berdo’a kepada-Ku.. (QS. Al-Baqoroh:186) “Dan Rabbmu berkata: “ Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan untukmu.. (QS.Ghofir:60) Allah merangkaikan antara pengabulan do’a setelah seseorang itu meminta hanya kepada-Nya dan beriman dengannya. Maka tidak ada sesuatu yang aku pandang paling kuat dari berserah diri kepada Allah, berdo’a dan menunggu kelapangan. Telah shohih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bahwasanya Beliau bersabda: “ Ketahuilah, bahwasanya pertolongan dengan kesabaran, kelapangan bersama dengan kesempitan, dan kesusahan itu bersama dengan kemudahan.” Semoga Allah memudahkan urusan mereka dan yang semisal mereka serta diberikan (oleh-Nya) seorang laki-laki sholih yang mereka idam-idamkan demi kebaikan akhirat dan dunia. (Fatwa Syaikh Muhammad Sholih al-Utsaimin 2/769-770)

WEDDING PLANNING CHECKLIST

Sebelum mempersiapkan PERNIKAHAN, simak dulu artikel ini agar menjadi panduan siapapun saja agar WEDDING DAY-nya sempurna. 

6-12 Bulan Sebelum Hari-H 

Tetapkan hari dan tanggal PERNIKAHAN (WEDDING DAY) 
Tentukan ANGGARAN PERNIKAHAN dan GAYA PERNIKAHAN yang diinginkan 
Bikin daftar WEDDING ORGANIZER (WO) jika diperlukan 
Bikin daftar FOTOGRAFER PERNIKAHAN (WEDDING PHOTOGRAPHER) dan WEDDING VIDEOGRAPHER 
Tentukan jumlah tamu yang akan diundang 
Pesan tempat, lokasi, gedung untuk resepsi PERNIKAHAN 
Cari MOBIL PENGANTIN jika dibutuhkan 
Buat daftar tamu-tamu penting, hingga yang biasa 
Tentukan pengiring PENGANTIN WANITA, pengiring PENGANTIN PRIA dan pengiring-pengiring lainnya
Temui dan kunjungi DESAINER, tentukan dan pilih GAUN PENGANTIN 
Pilih dan pesan CATERING untuk WEDDING-mu 
Putuskan tujuan honeymoon, lakukan pemesanan tempat dan transportasi 

4-5 Bulan Sebelum Hari-H

Hubungi Petugas KUA dan perangkat yang diperlukan lainnya
Pilih dan pesan kartu undangan segera 
Tentukan tema warna GAUN PENGANTIN yang akan dikenakan serta bunga-bunga dekorasi 
Beritahukan kepada Ibu dan calon mertua agar mereka merencanakan gaun yang akan dikenakan sesuai dengan tema warna yang dipilih 
Pilih dan beli/sewa gaun untuk pengiring pengantin wanita 
Pilih jas untuk pengantin pria dan pengiringnya 
Pilih dan tentukan dekorasi pelaminan / ruang pesta 
Pastikan pilihan dan deal dengan WEDDING PHOTOGRAPHER dan VIDEOGRAPHER 
Bikin FOTO PRE WEDDING dengan FOTOGRAFER pilihan 
Pilih dan pesan kendaraan pengantin dan panitia 
Pilih dan pesan kue PENGANTIN Booking MC dan music pengiring 
Pesan CINCIN KAWIN 

2-3 Bulan Sebelum Hari-H 

Ambil formulir pendaftaran pernikahan, dan siapkan dokumen-dokumen yang diperlukan 
Lakukan pengecekan kesehatan pra-nikah 
Konfirmasikan honeymoon (buat paspor bila perlu) 
Hubungi desainer untuk waktu mengepas gaun 

6-8 Minggu Sebelum Hari-H

Tulis dan atur pengiriman undangan 
Selesaikan menu makanan dengan pihak catering 
Kunjungi penata rambut, putuskan model yang diinginkan. 
Booking PERIAS PENGANTIN untuk hari pernikahan 
Lakukan test make-up dengan PERIAS PERNIKAHAN yang sudah deal 
Tentukan musik pengiring pernikahan, konsultasikan dengan MC dan pemain musik 

4-5 Minggu Sebelum Hari-H 

Kirim kartu undangan 
Ambil pesanan cincin kawin, pastikan grafir inisialnya benar 
Pesan traveller cheque/mata uang asing untuk honeymoon 

2-3 Minggu Sebelum Hari-H 

Susun jadwal acara pernikahan, gandakan dan berikan masing-masing: keluarga pengantin, para pengiring, panitia, supir, petugas photo dan video 
Konfirmasikan jumlah undangan dan hal-hal lain yang diinginkan kepada pengurus gedung dan catering 
Konfirmasikan semua pesanan dan detail untuk bunga, sewa kendaraan, photographer, videographer dekorasi, kue, mobil, pemain musik dan lainnya 
Mencoba gaun pengantin lengkap dengan aksesorisnya 
Periksa ukuran, kenyamanan dan lainnya, bila ada yang harus disempurnakan. 
Biasakan menggunakan sepatu yang akan digunakan di hari pernikahan agar terasa lebih nyaman Siapkan barang-barang yang akan dibawa ke rumah baru 
Lakukan facial dan lulur ke ahlinya 

1 Minggu Sebelum Hari-H 

Bersantailah, yakinkan semuanya akan beres 
Berkemas untuk honeymoon, lengkapi dan beli kebutuhan-kebutuhan yang muncul belakangan 
Konfirmasikan sekali lagi semua pesanan yang telah dilakukan, sekedar untuk mengingatkan 

*NOTE: Waktu WEDDING CHECKLIST TIMELINE diatas bisa sangat fleksibel menyesuaikan kesibukan dan kebutuhan kita saja. Ceklist diatas hanya untuk sekedar panduan semata. 

Semoga bermanfaat ya.

Ketika Ikhwan Jatuh Cinta

Suatu ketika, dalam majelis koordinasi seorang akhwat berkata pada mas'ul dakwahnya, "akhi, ana ga bisa lagi berinteraksi dengan akh fulan". Suara akhwat itu bergetar. Nyata sekali menekan perasaannya."Pekan lalu, ikhwan tersebut membuat pengakuan yang membuat ana merasa risi dan….Afwan, terus terang juga tersinggung." Sesaat kemudian suara dibalik hijab itu mengatakan….ia jatuh cinta pada ana." mas'ul tersebut terkejut, tapi ditekannya getar suaranya. Ia berusaha tetap tenang. "Sabar ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang anti bayangkan." Sang mas'ul mencoba menenangkan terutama untuk dirinya sendiri. "Afwan…ana tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. 

Ikhwan itu mungkin tidak pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen dan menjadi penyebab fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini." sang akhwat kini mulai tersedak terbata. "Ya sudah…Ana berharap anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin kehilangan tim dakwah oleh permasalahan seperti ini". Mas'ul itu membuat keputusan, "ana akan ajak bicara langsung akh fulan" Beberapa Waktu berlalu, ketika akhirnya mas'ul tersebut mendatangi dulan yang bersangkutan. Sang Akh berkata, "Ana memang menyatakan hal tersebut, tapi apakah itu suatu kesalahan?" Sang mas'ul berusaha menanggapinya searif mungkin. "Ana tidak menyalahkan perasaan antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan ana adalah, apakah antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu. Apakah antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari antum. Hak perasaan dan hak pembinaannya. Apakah antum menyampaikan kepada pembina antum untuk diseriuskan?. Apakah antum sudah siap berkeluarga. Apakah antum sudah berusaha menjaga kemungkinan fitnah dari pernyataan antum, baik terhadap ikhwah lain maupun terhadap dakwah????" Mas'ul tersebut membuat penekanan substansial. " Akhi bagi kita perasaan itu tidak semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam novel-novel. Bagi kita perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang Allah tetapkan untuk pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah dan jaminan kemuliaan Allah SWT. 
Perasaan itulah yang mengeksiskan kita dengan beban berat amanah ini. Maka Jagalah perasaan itu tetap suci dan mensucikan." Cinta Aktivis Dakwah Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki? Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT. Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah. 

Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. Ketika Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian sebaliknya. Ketika itulah cinta `lain' muncul dalam dirinya. Cinta inilah yang akan kita bahas disini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat. Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini," …akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada disamping laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya…..daripada yang saya usahakan sebagai perempuan yg berdiri sendiri.." Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. 

Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh cinta??? jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita karena memuliakan Islam. Deklarasi Cinta Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta diatas koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran. Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat disana. Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik `asing' dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan `misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang kamu cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini. 

Pernyataan `Nikah dulu baru pacaran' masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang bisa?". Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut. Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita. Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah. Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. 

Inilah agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah hari ini. Epilog Setiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yg berjanji dalam kafilah dakwah, setiap kita yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh cinta dipandang sebagai jalan jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita tertinggi, syahid fi sabililah. Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang menempatkan kita satu tahap lebih maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas ruang dakwah kita. Dengan perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan pembinaan. Betapa Allah sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di atasnya. 

Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak shaleh yang memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret cinta yang sakinah, mawaddah, warahmah. 

Jadi…sudah berani jatuh cinta…?? 

Wallahu'alam 

diambil dari majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M

Persiapan Menuju Pernikahan

Setiap kita (Insyaalah) akan menuju suatu perjanjian besar yang merupakan sunah nabi yang tentu kita tidak akan melakukannya dengan main-main. Karena hal ini, bagi sebagian besar orang merupakan sesuatu yang hanya ingin dilakukannya sekali seumur hidup. Masih banyak alibi yang menbuat kita harus menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Sebelum anda mengambil keputusan besar itu, judul buku karangan H. M. Anis Matta yang diterbitkan oleh PT Syaamil Cipta Media, Bandung pada bulan maret tahun 2003 ini tampaknya cocok untuk mengantarkan kita menuju diskusi tentang pernikahan.. 

Ya, sebelum anda mengambil keputusan besar itu, anda (katanya) harus mempersiapkan minimal 4 hal… 
Ok, mari kita siapkan 4 hal tersebut.. 

1. kesiapan pemikiran 
2. kesiapan psikologis 
3. persiapan fisik 
4. persiapan financial 

1.Kesiapan Pemikiran Kesiapan pemikiran 

ini mencakup 3 hal : 
i. Kematangan visi keislaman 
ii. Kematangan visi kepribadian
iii. Kematangan visi pekerjaan 

i.Kematangan visi keislaman 

Orang yang mempunyai kematangan visi keislaman berarti memiliki dasar-dasar pemikiran yang jelas tentang identitas ideologinya. Ketika seorang muslim ingin menikah, ia harus mengetahui dulu bahwa ia muslim. Namun diatas itu ia juga harus mengetahui mengapa ia menjadi muslim, sehingga ia mampu dihadapkan kepada berbagai pilihan dalam kehidupan riil. Masalah pernikahan bukan perkara yang sulit (karena islam sendiri sudah memudahkan masalah ini) tapi bukan pula merupakan perkara yang sembarangan. Disinilah kematangan visi keislaman (baca : makrifat kepada islam dengan baik) sangat dibutuhan. Karena setelah akad nikah terlewati akan ada status qowam yang menempel pada diri seorang suami dan status bunda pada diri seorang istri yang disitu memerlukan kematangan visi keislaman. Nantinya akan terlihat peran qowam dalam memimpin bahtera rumah tangga, mau dibawa kemana isteri dan anaknya, dan akan ada peran seorang bunda sebagai ustadzah pertama bagi anak-anaknya. Siapkah seorang qowam dan seorang bunda akan pengetahuan islam; pengetahuan tentang pernikahan (sebelum dan sesudah akad nikah ditunaikan); pengetahuan tentang tauhid, akhlak, dsb yang nantinya akan diajarkan kepada jundi-jundi kecilnya; pengetahuan tentang hukum islam, etika islam, dan masih banyak lagi. Akad nikah merupakan launcing berdirinya sebuah madrasah. Akad nikah barlangsung bersamaan dengan pengguntingan pita tanda dibukanya sebuah madrasah baru, bersamaan pula dengan dilantiknya sepasang ustadz dan ustadzah yang diwajibkan untuk siap mendidik jundi-jundi kecil yang nanti akan meramaikan madrasah itu. Sepasang ustadz dan ustadzah yang bersatu dalam sebuah ikatan suci ini nanti akan mengajarkan banyak hal pada jundi-jundi kecil-nya dan sekaligus akan mengecap pembelajaran-pembelajaran yang akan mendewasakan keduanya. Begitulah waktu bergulir. Akankah menjadi sebuah madrasah favorit yang akan dijadikan cerminan madrasah-madrasah lainnya ataukah akan menjadi madrasah yang buruk bahkan ambruk (na’udzubillah!) tergantung sematang apa visi keislaman yang ia punya. 

ii.Kematangan visi kepribadian 

Dua hambatan terbesar dalam berhubungan dengan orang lain yaitu bila kita tidak memahami orang lain dengan benar dan bila kita tidak mampu memahami diri kita sendiri dengan benar. Seseorang yang mempunyai konsep diri yang jelas artinya ia mengetahui kepribadiannya sendiri dengan baik. Orang semacam itu akan mampu memahami keadaan dirinya sendiri sehingga akan melahirkan penerimaan diri yang baik. Ketika seseorang mampu menerima dirinya dengan baik, setelah menikah pada umumnya ia juga akan mampu menerima pasangannya dengan baik. iii.Kematangan visi pekerjaan Point ini lebih khusus ditujukan untuk calon suami. Seorang ikhwan ketika memutuskan untuk menikah maka ia harus mempuyai perencanaan yang matang tentang bagaimana ia nanti akan menghidupi anak dan istrinya. Artinya, ia mempunyai visi yang jelas tentang pekerjaan yang akan dilakoninya kelak. 

2.Kesiapan Psikologis 

Ketika seseorang berumah tangga, tangung jawab (sebagai seorang qowam atau bunda) akan memberikan beban secara psikologis. Orang yang tidak sanggup menerima beban tidak akan kuat menghadapi beban kehidupan rumah tangga. Kesiapan psikologis disini adalah kematangan tertentu secara psikis untuk menghadapi berbagai tantangan besar dalam hidup. Orang yang tidak matang secara psikologis akan menyebabkan banyak sekali masalah dalam keluarga ketika memasuki perkawinan. Contoh, ketika Rasulullah bersama sahabat di rumah ‘Aisyah, datang sahabat lain membawa nampan berisi makanan. Nampan itu dikirim oleh salah seorang istri Rasul yang lain. Ketika ‘Aisyah mengetahui hal itu, ia langsung menghancurkan isi nampan didepan Rasul dan para sahabat. Kita dapat membayangkan gengsi seorang pemimpin yang terganggu dalam situasi seperti itu. Sambil meneguk secangkir kopi, Rasul mengatakan kalau kita sekarang membutuhkan laki-laki yang bisa menghadapi masalah yang paling pelik dengan cara sederhana. Saat itu rasul berkata, “Ibu kalian sedang cemburu.” That’s it. Finish. 

3.Kesiapan fisik 

Apakah fisiknya sudah siap untuk menikah. Kita harus meyakini bahwa fisik kita sudah siap untuk menikah. Itulah sebabnya nikah terlalu dini juga tidak terlalu bagus (pada umur 12 tahun misalnya). Dalam kitab al Hijab, Maududi menjelaskan tentang hubungan seksual. Ketika alat reproduksi kita belum matang, hal itu bisa mempercepat perapuhan fisik secara umum. Di Barat, orang yang melakukan hubungan seksual terlalu muda, pada umumnya setelah diatas usia tiga puluhan akan mengalami hambatan-hambatan fisik. Lain halnya dengan orang yang telat nikah (menikah diatas umur 30 tahun). Menurut ahli kandungan, daya seksual diatas usia 30 tahun sedang down. Makanya laki-laki yang telat menikah, ketika berumur 40 tahun merasa masih harus membuktikan kelaki-lakiannya. Hal ini dibenarkan oleh para psikolog dengan menghembuskan isu puber kedua. Ini tidak benar di dalam islam sehingga penting diketahui dengan baik. 

4. Kesiapan Finansial 

Yang ada dalam perkawinan bukan hanya cinta. Aspek ekonomi juga sangat terlibat. Walaupun tidak berarti ketika seorang ikhwan ingin menikah maka ia harus menjadi ikhwan yang berkepribadian; ikhwan dengan rumah pribadi, mobil pribadi, perusahaan pribadi. Bukan itu. Tapi bagaimana seorang ikhwan siap menafkahi anak dan istrinya secara rasional, artinya dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Jangan sampai kita memasuki dunia perkawinan hanya dengan semangat baja, “kalaupun mereka fakir nanti Allah yang akan membuat kaya”. Kita harus tetap ingat bagaimana cara Allah membuat orang kaya. Prosedurnya tetap manusiawi. Walaupun ada yang tidak menusiawi. Allah mengatakan, “barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Ia akan memberikan jalan dari arah yang tidak disangka-sangka”. Tapi sebagian besar kerjanya manusiawi. Seperti yang dikatakan Umar bin Khatab bahwa langit tidak akan menurunkan emas.
 

Design By:
SkinCorner